inajournal.com – Pada hari kamis 04 Februari 2021 kemarin dikabarkan adanya kedatangan 26 tersangka di Bandara Soekarno Hatta yang sudah diamankan kepolisian dengan dugaan 19 orang diantaranya merupakan jaringan teroris yang simpatisan Front Pembela Islam (FPI). Pengacara FPI yang mengetahui soal kabar tersebut langsung membantah terkait dugaan teroris FPI di Makassar lantaran organisasinya sudah dibubarkan. “Saya juga bingung. Sudah bubar masih saja dibawa repot dan ribet,” kata Aziz Yanuar kepada wartawan, Kamis (4/2/2021).Â
Bahkan pengacara FPI tersebut malah menyinggung soal anggota yang terdapat banyak koruptornya. Dirinya mengakui kalau organisasinya itu sudah aman dan sentosa saja. “Yang masih eksis organisasinya dan banyak koruptor dihasilkan bahwa sampai-sampai terkait bantuan kemanusiaan (bansos) juga digarong tapi aman sentosa saja itu, tidak dibubarkan, tidak diblokir sekelilingnya dan diteror. Aman deh pokoknya he-he-he…,” jelasnya.
Seolah kerusakan yang disebabkan para koruptor lebih merusak dengan nyata dari para koruptor sehingga pengalihan isu teroris sebagai tutupan kasus tersebut. Pesannya yang harus fokus dengan kasus koruptor sebagai perusak dan perubahan dampak buruk yang nyata. “Padahal korupsi ini nyata dan efek yang dihasilkan juga nyata. Merusak dari semua lini kerusakannya dan akut kerusakannya. Ini harusnya jadi fokus,” katanya.Â
Polisi menyebutkan beberapa waktu yang lalu sebanyak 19 orang dari 26 orang tersangka teroris di Makassar dan Gorontalo tersebut diakui keberadaannya sebagai anggota FPI di wilayah Kota Makassar. Sehingga mereka diterbangkan ke Jakarta bersama tim Densus 88 anti teror dan segera di ringkuk ke rumah tahanan teroris di Cikeas, Bogor, Jawa Barat. “Semuanya itu adalah anggota FPI,” kata Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Zulfan saat dimintai konfirmasi, Kamis (4/2/2021).Â
Poin Dari Bantahan Teroris FPI Di Makassar

Ahmad Aulia yang mengakui dirinya merupakan anggota FPI ternyata tidak terdaftar namanya di anggota dari provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu anggota teroris yang dipindahkan ke Jakarta itu adalah Ahmad Aulia dengan tanggal penangkapan pada tanggal 6 Januari 2021 di Polda Sulsel serta mengakui adanya dukungan kepada Isis pada januari 2015.
“Saya ditangkap pada tanggal 6 Januari 2021 di Polda Sulsel. Adapun saya ditahan atau ditangkap di kantor polisi Polda Sulawesi Selatan karena berbaiat kepada Daulatul Islam yang memimpin Daulatul Islam, yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi, saat deklarasi FPI mendukung Daulatul Islam pada Januari 2015. Saya berbaiat dihadiri oleh Munarman selaku pengurus FPI pusat pada saat itu, Ustaz Fauzan dan Ustaz Basri, yang memimpin baiat pada saat itu ” ujar Ahmad Aulia dalam tayangan video.Â
Ahmad Aulia yang menyatakan bahwa adanya baiat FPI dengan Islamic State Of Iraq and Syria (ISIS) langsung dibantah FPI. “Membantah keras pernyataan saudara AA yang menyatakan pernah terjadi baiat dukungan kepada ISIS yang dilakukan di bekas markas daerah laskar FPI Jalan Sungai Limboto Makassar,” pernyataan FPI yang diberikan oleh pengacara FPI, Aziz Yanuar, Kamis (4/2/2021).Â
Pernyataan dari bantahan terkait teroris FPI di Makassar dibawah ini dilansir dari sumber berita detikcom dari FPI kepada tersangka AA yang mengakui dirinya sebagai anggota FPi dan mendukung teroris kepemimpinan Abu Bakar Al Baghdadi
- Saudara AA tidak pernah terdaftar sebagai anggota Laskar Front Pembela Islam Makassar maupun di kota atau Kabupaten lainnya yang ada di provinsi Sulawesi Selatan;
- Bahwa yang bersangkutan pernah ikut kegiatan yang dilakukan oleh Front Pembela Islam Makassar maka tidak secara otomatis saudara a menjadi anggota Front Pembela Islam;
- Acara taklim rutin Front Pembela Islam yang dilaksanakan setiap hari Sabtu setelah salat Isya adalah acara yang terbuka untuk umum sehingga siapapun bisa hadir dan ikut dalam acara taklim rutin tersebut;
- Membantah keras pernyataan saudara AA yang menyatakan pernah terjadi baiat dukungan kepada ISIS yang dilakukan di bekas markas daerah laskar FPI Jalan Sungai Limboto Makassar. Adapun acara yang dilaksanakan pada saat itu adalah diskusi umum terkait kondisi perpolitikan dunia secara global yang dihadiri oleh tiga narasumber yakni H Munarman SH, Ustaz M Basri, dan Ustadz Fauzan.
- Terkait kehadiran H Munarman dari Jakarta adalah sebagai narasumber yang diundang dan tidak ada kaitannya dengan isu ISIS apalagi dikaitkan dengan bagian seperti yang dinyatakan oleh saudara AA.