31.6 C
Tangerang
Thursday, April 18, 2024
HomeTrendingDeretan Kampus Cabang Internasional Di Indonesia Yang Gulung Tikar

Deretan Kampus Cabang Internasional Di Indonesia Yang Gulung Tikar

Pada sebuah studi yang berjudul “International branch campus: Framework and strategy” (2014) telah memberikan pernyataan bahwasanya ekspansi kampus cabang sebagai suatu langkah internasionalisasi yang sifatnya “keras” dan lebih riskan, jika kita ingin bandingkan dengan kerjasama tradisional seperti yang juga sebelumnya telah melakukan kolaborasi program kuliah serta riset. Pasalnya, kampus cabang Internasional juga akan membutuhkan sumber daya manusia serta juga material serta komitmen yang akan jauh lebih besar dari pada kampus lokal di Indonesia.

Berdasarkan dengan adanya sebuah studi diatas, kampus cabang ini pun juga perlu investasi dana yang tinggi, salah satunya untuk membangun gedung kampus dan mengisinya dengan menggunakan sebuah fasilitas pembelajaran yang cukup berkualitas tinggi. Biaya yang cukup besar juga nantinya akan diperlukan untuk mengirim dan juga untuk menggaji para tenaga pengajar dari kampus induk ke negara kampus cabang. Meskipun dari hal ini ada sebuah alternatif rekrutmen untuk kalangan staf dalam negeri.

Kemampuannya juga masih dikhawatirkan sebab tidak mesti sesuai dengan apa yang akan kita ekspektasi pada kampus induk di Indonesia. Masih dilansir dari hasil studi yang sama, dimana para dosen juga harus mengerahkan waktu dan juga energi ekstra mereka untuk menyesuaikan diri mereka serta juga untuk mengolah materi ajaran yang sebelumnya telah disesuaikan dengan karakter mahasiswa pada kampus cabang Internasional. Sehingga semuanya masih bisa disesuaikan dengan teknik belajar mengajar yang ada pada kampus induk di luar negeri.

Adaptasi inipun dalam sebuah kurikulum pun memang menjadi salah satu tantangan utama dalam kampus cabang tersebut, yang mana nantinya juga akan dituntut untuk mampu dalam mengolah materi kuliah sehingga dapat sesuai dengan nilai-nilai kebudayan lokal. Sekaligus juga bisa tetap menjaga kualitas dan kontennya yang masih bisa kita pertahankan secara bersama-sama dan juga tetap bisa untuk sama dengan kurikulum yang ada dalam kampus induk.

Kampus Cabang Internasional

Kompleksnya permasalahan yang akan dihadapi oleh kampus cabang inipun juga dapat dipelajari dari kasus yang ada di negara Singapura. Pada tahun 2007 yang lalu, sekolah perfilman New York University (NYU) Tisch Asia didirikan di sana. Tisch Asia menjadi percabangan dari NYU Tisch School of the Arts, yang pernah meluluskan nama-nama besar para bintang Hollywood seperti sutradara Martin Scorsese serta juga aktor Mahershala Ali. Sayangnya, Tisch Asia hanya mampu berjaya dalam jangka waktu yang sebentar saja. Akhir tahun 2012, mereka pun memberikan pengumuman bahwasanya kesulitan finansial dan akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 2015.

Di bawah kepemimpinan John Sexton (2003-2015), NYU menjadi semakin berlomba-lomba untuk ambisius dalam berekspansi. Selama ini, NYU pun juga telah membanggakan diri sebagai kampus yang terkenal aktif dalam mendorong para mahasiswanya untuk bisa mengikuti program pertukaran ke luar negeri. Namun, untuk Sexton hal tersebut belum cukup. NYU diyakini akan semakin meluas kalau mereka punya lebih banyak jumlah mahasiswa internasional, yang mana salah satunya juga dapat diperoleh melalui kampus cabang Internasional yang ada di kawasan elite dengan permintaan tinggi akan pendidikan.

Tisch Asia menjadi sebuah proyek percobaan pertama pada masa Sexton yang dapat menganugerahkan gelar NYU kepada lulusannya yang ada di luar Amerika Serikat, disusul juga dengan cabang di Abu Dhabi (2010) dan Shanghai (2012). Kedatangan Tisch Asia disambut mesra oleh pihak pemerintah Singapura kala itu. Pada tahun 2002 yang lalu, Kementerian Industri dan Perdagangan Singapura juga sebelumnya telah meluncurkan program Global Schoolhouse, suatu strategi untuk menekankan bagaimana kontribusi yang nantinya dilakukan dalam sektor pendidikan dalam perekonomian nasional.

Pemerintah pun sudah mulai menyadari bahwasanya kekuatan dari komodifikasi pendidikan, dalam kurun waktu yang bersamaan dapat mengukir bagaimana citra Singapura sebagai pusat pendidikan internasional yang begitu berkualitas. Program ini nantinya juga akan menargetkan sedikitnya 150 ribu mahasiswa internasional bersekolah di Singapura pada tahun 2015 yang. Pemerintah Singapura pun bergegas untuk mengundang institusi yang bergengsi dari penjuru dunia untuk berekspansi ke sana. Tisch Asia yakni sebuah sekolah artistik tingkat S2 pertama yang berjalan di bawah payung Global Schoolhouse.

Economic Development Board (EDB) atau Badan Pembangunan Ekonomi bertugas dalam ikut serta untuk mengelola berbagai proyek promosi dan investasi di Singapura. Sejak berdirinya Tisch Asia, EDB juga dilaporkan telah menggelontorkan bantuan untuk Tisch Asia dalam bentuk dana hibah dan juga pada bentuk pinjaman yang mana totalnya bisa mencapai hingga SGD 17 juta. Dengan asumsi SGD 1 bernilai sekitar Rp7.000 pada tahun 2012, maka hal ini nantinya akan diperkirakan oleh pemerintah Singapura yang telah menyokong Tisch Asia dengan dana sebesar Rp120 miliar.

Most Popular