Inajournal.com – Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono makin menghilang dari kancah politik nasional bahkan berita tentangnya juga jarang lagi terekspos oleh media. Di era Jokowi, maka SBY kian tenggelam bahkan juga sudah tidak mampu lagi dalam mengangkat Partai Demokrat untuk dapat kembali menjadi pemenang pemilu, bahkan masuk ke dalam 3 besar pun tidak. Kemerosotan SBY dalam sebuah upaya untuk membantu mengangkat Partai Demokrat yang memang pada dasarnya sudah terlihat dari Pilkada Jakarta 2017 yang lalu.
Susilo Bambang Yudhoyono pun sebelumnya sudah mencoba peruntungan dengan memunculkan poros ketiga, yakni mencalonkan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai kontestan pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu. Hal ini adalah penampilan perdana AHY di gelanggang politik nasional usai dirinya melangsungkan karier singkatnya di dunia militer. Ia berharap bahwasanya dalam masa perjuangannya saat ini, ia bisa mendapatkan keberhasilan seperti yang dijalankan oleh ayahnya.
AHY maju bersama dengan Sylviana Murni dengan diusung oleh partai yang bercorak agama, yakni PAN, PPP, serta juga PKB. Di atas kertas, berdasarkan dengan adanya total perolehan dari beberapa suara partai-partai pengusung, Agus-Sylvi seharusnya bisa jauh lebih unggul daripada pasangan yang lainnya penantang petahana, Anies Baswedan serta Sandiaga Salahuddin Uno. Hal ini bisa dilihat dari adanya potensi yang dimiliki oleh keduanya saat itu.
Anies-Sandiaga hanya diusung oleh Partai Gerindra dan PKS. Jika ditilik dari kursi keterwakilan di DPRD DKI Jakarta, komposisi pendukung AHY-Sylvi juga lebih besar, yakni ada sekitar 28 kursi dari 106 yang sudah tersedia. Suara Gerindra serta PKS hanya akan mewakili 26 kursi yang ada di DPRD. Akan tetapi hal ini masih melihat kembali bagaimana keunggulan yang ada di atas kertas tersebut sehingga bisa tampak tak berbanding lurus dengan hasil survei yang sudah tertera pada pekan-pekan terakhir menjelang pencoblosan.
Setelah melakukan perdebatan tersebut maka pertama Pilkada Jakarta 2017 yang lalu, ada setidaknya tiga lembaga survei, yaitu Indikator Politik, SMRC, serta Populi Center, yang mana nantinya juga akan membantu dalam merilis elektabilitas paslon. Sehingga pada hasilnya, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dapat menjadi unggul dalam ketiga survei yang diadakannya tersebut. Secara serentak, ketiganya juga berhasil dalam mencatat bahwa Agus-Sylvi sudah memperoleh hasil suara paling rendah.
Debat-debat yang berikutnya justru membuat kalangan pendukung dari Agus-Sylvi mengalihkan dukungan mereka secara terang-terangan kepada pasangan Anies-Sandiaga. Bagaimanapun, corak pendukung dua paslon ini memang hendaknya begitu sangat mirip berdasarkan dengan adanya latar belakang agama Islam. Dalam survei LSI Denny JA, pemilih Agus-Sylvi menganggap bahwasanya BTP merupakan kalangan penista agama. pada saat mereka merasa Agus-Sylvi bukanlah pemimpin yang tepat untuk mereka, maka secara otomatis suara tersebut pun lambat laun akan beralih pada Anies-Sandi.
Pasangan kandidat dari Agus-Sylvi akhirnya harus tersingkir dalam putaran pertama di Pilkada Jakarta 2017. Suara sisa dari Agus-Sylvi tersebut pun pada akhirnya semakin banyak beralih ke Anies-Sandiaga. Mereka mengalahkan pasangan dari kandidat BTP-Djarot dalam putaran kedua. Kekalahan yang dialami oleh Agus-Sylvi pada Pilkada Jakarta 2017 sekaligus menjadi pertanda bahwa akan mulai pupusnya ambisi politik terbesar Partai Demokrat di era Jokowi.
SBY barangkali hingga saat ini masih terus berharap, walaupun mereka telah kalah dalam pilkada, sosok AHY pun hingga saat ini masih bisa meroket dalam gelanggang politik nasional dan bisa dijadikan posisi tawar tersendiri untuk Pilpres 2019 yang lalu. Sayangnya, dinamika politik menjelang serta usai pelaksanaan Pilpres 2019 membuat harapan tersebut menjadi ambyar. Partai Demokrat bahkan seperti tersingkir dari kontestasi yang lainnya. Demokrat merupakan satu-satunya partai yang setengah hati dalam perhelatan sesi Pilpres 2019 yang lalu.
Partai besutan dari Presiden Republik Indonesia ke-6 SBY ini sama sekali tidak mendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, namun disisi lain juga tidak akan pernah mati-matian untuk membantu mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Keinginan Partai Demokrat yang sebenarnya yakni adalah menduetkan pasangan dari Prabowo serta AHY. Hingga batas pencalonan paslon peserta dalam pilpres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), sikap Demokrat pun kala itu masih abu-abu di mata masyarakat.