KPK menetapkan bahwasanya Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, sebagai tersangka dugaan suap ekspor benih lobster pada rabu (25/11) dini hari tadi. Selain itu Edhy, ada 6 orang lainnya yang juga ikut menetapkan sebagai tersangka, 1 diantaranya yakni pemberi suap. Mereka adalah seorang Staf Khusus Edhy Prabowo, Safri Muis, pengurus dari PT. Aero Citra Kargo, Siswadi, staf istri Menteri Kp, Ainul Faqih, Amiril Mukminin, Stafsus Edhy, Andreau Pribadi Misanta, dan juga Direktur PT. Dua Putra Perkasa, Suharjito. Berikut informasinya mengenai KPK OTT Edhy Prabowo .
Setelah ditetapkan sebagai seorang tersangka, Edhy Prabowo pun juga langsung ditahan di Rutan KPK Cabang Gedung Merah Putih. “Kurang lebih hingga selama 20 hari [untuk sementara],” menurut Wakil Ketua KPK, Nawawi Pomolango, dalam sebuah konferensi Pers di Gedung Merah Putih, Jakarta, Rabu (25/11) pada malam tadi. Penahanan Edhy merupakan suatu kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang juga dilakukan pada hari Selasa malam hingga pada hari Rabu dini hari tadi. Penangkapan para tersangka ini juga dilakukan di tiga tempat sekaligus, yakni pada Bandara Soetta, Depok dan bekasi.
Berikut Ini Fakta KPK OTT Edhy Prabowo Pada Rabu Dini Hari
- Baru pulang dari Honolulu, Hawaii
Di Hawaii, Edhy sendiri juga mengunjungi Oceanic Institute of Hawaii Pacific University. Rombongan Edhy melakukan dinas untuk bisa melihat bagaimana cara untuk budidaya udang vaname (Spesies udang dari pantai barat Amerika) yang ditargetkan juga untuk bisa diimplementasikan untuk di Indonesia. Sepulangnya dari Hawaii, atau pada saat masih berada di Bandara Soekarno-Hatta, Edhy juga langsung ditangkap oleh pihak KPK pada hari Selasa (24/11) malam.Ia juga diamankan bersama dengan 16 orang yang lainnya, termasuk juga istri dari Edhy yang juga menjadi seorang Wakil Ketua DPR Komisi V, Iis Rosita Dewi. Rosita juga mendampingi Edhy saat bertolak ke Hawaii. Akan tetapi saat ini, hanya sekitar 7 orang yang masih berstatus sebagai tersangka. Adapun Rosita sendiri berstatus sebagai saksi. Dengan seperti itu ia pun akan memberikan suatu penyaksian apapun kepada suaminya dihadapkan KPK mengenai suap menyuap benih Lobster. - Novel Bantu KPK OTT Edhy Prabowo
Plt bicara mengenai KPK, Ali Fikri, mengatakan bahwasanya, ada 3 tim satuan tugas (Satgas) diterjunkan dalam penangkapan Edhy. Satgas tersebut juga mengawal pada proses penyelidikan. “Salah satu Kasatgas tersebut benar Novel Baswedan,” menurut Ali. Dalam operasi tangkap tangan yang dijalankan oleh KPK ini tentunya juga ada andil besar dari Novel yang turut mengatur jalannya penangkapan di Bandara Soekarno-Hatta pada hari rabu lalu. - Diduga juga terima suap Rp 4,8 M
Suap untuk Edhy diduga juga diberikan oleh direktur PT Dua Putra Perkasa Pratama (PT DPPP), Suharjito. Tujuannya juga untuk perusahaan Suharjito yang telah ditetapkan sebagai ekspor benih lobster melalui forwarder, PT Aero Citra Kargo (PT ACK). Pada PT ACK ini juga merupakan satu-satunya forwarder ekspor benih lobster yang telah disepakati dan juga dapat restu dari Edhy secara langsung. Sehingga, sejumlah perusahaan eksportir benih lobster harus bisa menggunakan jasa PT ACK dengan tarif Rp 1.800 per benih.Perusahaan-perusahaan yang berminat kemudian akan mentransfer uang kepada PT ACK dengan total Rp 9,8 miliar. diduga juga dari uang tersebutlah suap untuk Edhy DKK diberikan. Untuk jatah dari Edhy, KPK menduga juga adanya Politikus Gerindra itu menerima dana hingga Rp 2,4 miliar dari PT ACL serta juga USD 100.000 atau setara juga dengan Rp 1,41 miliar dari Suharjito. Alhasil total yang telah berhasil diterima olehnya yakni mencapai hingga sebesar Rp 4,8 miliar. - Belanja di Honolulu menggunakan Uang Suap
Pada saat rangkaian penangkapan, KPK juga mengamankan kartu ATM. Diduga juga, kartu ATM ini atas nama staf istri Edhy menjadi sarana untuk pemberian suap. KPK juga menyebutkan bahwasanya, pada suap yang diduga telah diberikan melalui rekening penampung secara bertahap. Maka uang tersebut juga kemudian dibelanjakan oleh Edhy dan istrinya untuk bisa membeli sejumlah barang yang ada di Hawai saat mereka berkunjung.”Pada tanggal 21 November 2020 sampai dengan 23 November 2020, KPK kembali menerima informasi adanya transaksi yang terjadi pada rekening bank yang diduga sebagai penampung dana dari beberapa pihak yang sedang dipergunakan untuk sebuah kepentingan Penyelenggara Negara untuk pembelian sejumlah barang mewah yang ada di luar wilayah Indonesia,” menurut Nawawi. Edhy diduga juga menggunakan uang suap sekitar Rp 750 juta untuk membeli jam tangan merk Rolex, tas merk Hermes dan Louis Vuitton, hingga baju Old Navy. - Edhy diintai sejak bulan Agustus 2020
Deputi penindakan KPK, Irjen Karyoto, menyebutkan bahwasanya, penyelidikan pada kasus ini sudah mulai sejak bulan Agustus 2020 yang lalu. “Kami sudah mulai sejak bulan Agustus, pada bulan Agustus itu bukan waktu yang singkat untuk kami bisa memastikannya. Kami mulai profiling, kemudian kita juga mengumpulkan informasi, mulai dari berbagai macam teknologi maupun perbankan ini semuanya kita olah dan ramu alhasil saat ini bisa memotret kejadiannya,” menurut Karyoto.Sementara itu Nawawi Pomolango mengaku bahwasanya tidak menutup kemungkinan terdapat penambahan tersangka dalam perkara ini. Sebab diduga juga penerimaan suap bukan hanya berasal dari 1 perusahaan saja. “Aliran telah jelas, tinggal kami dalami lagi kami akan perdalam koordinasi dengan PPATK sampai mana alirannya berlanjut. Kalau memang ada sampai ke situ tentunya sebagai tindak lanjut berikutnya kita akan periksa juga,” tuturnya.