Sudah sejak lama vaksin diandalkan untuk mencegah penyakit menular, dan tidak terkecuali yang paling ditunggu-tunggu saat ini vaksin COVID-19.Awal munculnya Virus corona ke Indonesia sudah cukup membuat seluruh kalangan masyarakat merasa khawatir. Terlebih lagi media memberitakan bahwasanya untuk menyembuhkan penyakit ini tidak bisa diobati melainkan hanya dengan menggunakan sistem kekebalan tubuh saja. Namun sayangnya untuk kita semua bisa menentukan bagaimana vaksin yang tepat untuk penderita Corona sehingga bisa sembuh seperti saat sebelum terinfeksi.
“Dulu pada waktu sebelum vaksin ini ditemukan, maka angka pada kematian karena penyakit menular seperti penyakit difteri, campak, dan pneumonia, sudah banyak sekali. Dengan lahirnya vaksin-vaksin ini, penyakit-penyakit menular yang begitu sangat berbahaya tersebut sudah hilang,” menurut pakar nutrisi dr. Jane Soepardi, MPH. dalam Dialog Juru Bicara Pemerintah dan juga pada Duta Adaptasi Kebiasaan Baru yang bertema “Tata Laksana Vaksinasi di Indonesia”, pada hari Senin (23/11). Dialog tersebut juga sebelumnya telah diselenggarakan oleh Komite Penanganan virus Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).
Di media sosial, banyak sekali tersebar berbagai informasi yang salah terkait vaksin Covid-19, termasuk juga dalam sebuah mitos bahwa vaksin corona bisa menjadi penyebab autisme dan kanker. Informasi tersebut pastinya akan membuat masyarakat merasa kebingungan. Dalam Dialog Produktif “Vaksin: Fakta dan Hoaks” yang telah diselenggarakan di Media Center KPCPEN, pada hari Selasa (15/12), dr. Dirga Sakti Rambe, Vaksinolog, menjelaskan bahwa dalam mitos tersebut membuat anggapan bahwasanya vaksin menyebabkan autisme itu keliru.
Tahun 1998, seorang dokter bedah asal Inggris melakukan sebuah penelitian yang belakangan ini banyak diketahui ternyata penelitian tersebut merupakan penelitian yang palsu, yakni bahwa vaksin MMR berhubungan dengan adanya autisme. “Setelah dilakukan sebuah penelitian yang jauh lebih luas dan sebenarnya informasi tersebut bisa dinyatakan bahwasanya merupakan informasi yang tidak benar adanya dan terbukti bahwasanya dokter tersebut pun nantinya akan memalsukan data tersebut.” Adapun mitos yang terkait dengan vaksin corona ini pun akan menjadi penyebab kanker juga sama sekali tidak benar.
Vaksin corona justru bisa membantu untuk melindungi tubuh dari kanker, antara lain, vaksin Hepatitis yang telah terbukti untuk melindungi dari adanya infeksi kanker hati dan juga pada vaksin HPV terbukti melindungi dari kanker leher rahim atau kanker serviks. Keunggulan vaksin yang tidak dimiliki oleh pencegahan lain yaitu memberikan proteksi yang sifatnya spesifik melalui antibodi. “Kalau kita divaksinasi, antibodi akan diproduksi, dari adanya antibodi inilah yang nantinya akan memberikan kekebalan. Inilah kunci dari vaksinasi, yaitu sebagai salah satu proteksinya bersifat spesifik,” sambung dr.Dirga yang kami kutip dari Tirto.id.
“Tidak benar jika pada virus COVID-19 ini pun nantinya akan hilang dengan sendirinya, ada jutaan kematian yang sebelumnya sudah terjadi di seluruh dunia, termasuk juga untuk di Indonesia. Kita tidak bisa berdiam diri secara sejenak saja, melainkan juga pada bidang ekonomi kita terpukul, bekerja juga menjadi sulit,” tegasnya yang kami lansir dari Tirto.id. Namun walaupun hingga saat ini vaksin sudah bisa diperoleh oleh negara Indonesia, namun tetap saja, dalam menjaga kesehatan tubuh tetap diperlukan, terutama saat melakukan 3M secara teratur.
Soal harga, dr. Dirga memberikan suatu penjelasan bahwa dibandingkan dengan adanya biaya pengobatan, pencegahan lewat vaksinasi pun akan jauh lebih murah. “Selain kita bicara waktu perawatan, pada saat sedang merasa sakit kita juga nantinya tidak akan bisa kerja dan produktif. Padahal, ini merupakan sesuatu yang dapat kita upayakan secara langsung untuk dicegah dari awal.” Pemerintah Indonesia pun hingga saat ini akan terus berupaya menghadirkan vaksin yang aman dan juga akan lebih efektif.
Sehingga membuat kalangan masyarakat yang ada di Indonesia pun akan diimbau tak menolak pemberian vaksin tersebut demi mengakhiri pandemi. “Masyarakat perlu juga untuk bisa mengetahui vaksin jauh berbeda dengan obat. Karena vaksin akan diberikan kepada orang sehat, oleh karena itu merupakan sebuah syarat vaksin dibuat sangat ketat. Jadi lebih baik jangan sampai tertular COVID-19, dan kalau kita sudah bisa beruntung untuk mendapat imunisasinya, jangan ditolak, justru kita seharusnya bisa bersyukur kalau mendapat vaksin COVID-19,” kata dr. Jane dalam situs Tirto.id.
Meskipun seperti itu, adanya vaksin corona ini pun tak serta-merta melenyapkan virus COVID-19 atau mengakhiri pandemi. Kita pun hingga saat ini masih perlu disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan menerapkan 3M memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dalam rangka mengupayakan kesehatan serta juga keselamatan secara bersama. “Kita tetap perlu untuk menjalankan protokol kesehatan sebab pada setiap upaya pencegahan tidak ada yang sempurna. Kita pun nantinya perlu untuk melakukan semuanya, agar kita terhindar dari COVID-19,” ujar dari dr. Dirga.