inajournal.com – Pelaku yang memiliki nama Kong itu kerap disebut sudah banyak mengumpulkan desain vaksin asli. Setelah itu dirinya membuat lebih dari 58.000 vaksin Covid-19 palsu. Menurut penjelasan yang diberikan dari penegak hukum di negara China, sejumlah vaksin palsu telah diselundupkan ke luar negeri. Mereka belum mengetahui kemana saja vaksin tersebut di jual. Kelompok sindikat kasus pemalsuan vaksin 1 diantaranya merupakan pimpinan kelompok tersebut yaitu Kong.
Sebelumnya, pemerintah China berjanji akan mengusut dan menindak para pembuat vaksin palsu. sejauh ini setidaknya sudah ada 20 kasus yang berhasil diusut di sana. Keuntungan yang didapatkan Kong hingga 18 juta Yuan atau setara dengan 42 miliar rupiah. Mereka membuat vaksinnya menggunakan larutan garam dan air mineral. Kong dan kelompokannya telah mengirimkan 600 botol vaksin ke Hongkong sekal November 2020 lalu.Â
Kemudian vaksin tersebut dijual ke luar negeri. Vaksinnya sendiri dijual ke Rumah Sakit dengan harga tinggi. Sebelumnya Pemerintahan China menargetkan ada 100 juta orang sebelum tahun baru Imlek pekan lalu. Namun sejauh ini, angkanya baru mencapai 40 juta orang. Secara umum Chin setelah berhasil mengendalikan pandemi massal lewat karantina wilayah, uji vaksin Covid-19 secara massal dan pelacakan kasus dengan ketat.Â
Pembuat Vaksin Covid-19 Palsu, Berjalan Sejak September 2020
Polisi di Beijing dan juru bicara Kementerian luar negeri, Wang Wenbin di China Provinsi Jiangsu dan Shandong membubarkan kelompok pembuat vaksin palsu, kemudian pemerintahan china memberikan kabar ke negara yang berkaitan soal beredarnya vaksin palsu. “Pemerintah China sangat menghargai keamanan vaksin dan akan terus melakukan upaya untuk menuntut secara tegas segala pemalsuan, penjualan palsu dan bisnis ilegal, dan tindakan terkait lainnya yang melibatkan vaksin,” kata Wang seperti yang dilansir dari sumber berita Kompas.com.
China memiliki sejarah skandal vaksin yang panjang, akibat masalah manufaktur serta praktik bisnis. Polisi menangkap pelaku yang bertanggung jawab atas jaringan yang menjual vaksinnya di seluruh negeri. China menanggapi dengan menggunakan vaksin menggunakan hukuman pidana mereka yang tertangkap basah dalam pembuatan vaksin palsu.
Sejak September 2020, sindikat itu ditemukan kepolisian dengan produksi Vaksin lebih dari 3000 dosis. “Mereka yang terlibat dalam sindikat kriminal itu telah meraup untung besar,” kata pihak kepolisian melansir CNN pada Senin (1/2/2021). Negeri tirai bambu tersebut telah memvaksinasi kan warganya dengan suntikan vaksin dari dua perusahaan Sinovac dan Sinopharm. Vaksin yang diluncurkan di negara lain termasuk di turki juga mengatakan efektivitas lebih dari 78%.Â
Para ilmuwan sendiri mengharuskan kedua perusahaan tersebut mendata semua vaksin yang dirilis nyata. Perusahaan vaksin Sinopharm sendiri merupakan perusahaan milik negara China yang pertama kali di setujui. Efektivitasnya hingga 79,34 persen dalam uji coba. Upaya memproduksi vaksin covid-19 terus berlanjut di dunia, terutama negara China telah mengambil langkah terbesar dengan dua calon perusahan vaksin Sinovact dan Sinopharm.
Dari dua perusahaan tersebut sudah meluncurkan vaksin ke seluruh dunia termasuk Indonesia yang membeli vaksin dan bahan baku dari Sinovac. “Metode CoronaVac lebih tradisional dan berhasil digunakan dalam berbagai vaksin yang sudah terkenal seperti rabies,” kata Profesor Luo Dahai dari Nanyang Technological University kepada BBC. Sejauh ini dari keduanya sulit untuk disebutkan keefektifannya. Vaksin sendiri sudah tepat untuk digunakan dalam penggunaan darurat menurut penelitian. September lalu juga Yin dari Sinovac mengatakan ada uji dilakukan dari 1.000 relawan. “hanya sebagian menunjukkan kelelahan atau tak nyaman sebagai efek samping…tak lebih dari 5%” yang dilansir dari sumber berita detikcom.Â
Uji coba secara random di awal yang nampak efektif, rupanya membutuhkan hasil tahap ketiga dari vaksin. Untuk vaksin Sinopharm sendiri vaksin yang nonaktif untuk bekerja dengan cara serupa. Vaksin Sinopharm yang efektif mencapai 86% menurut awal dari fase ketiga di Uni Emirat Arab. Normalnya vaksin bekerja harus menunggu 3 fase ketiga sebelum program vaksin yang disetujui. Efek sampingnya yang diberitakan lebih buruk terhadap seorang relawan. Setelah melakukan uji klinis, banyak negara yang membeli dari kedua perusahaan tersebut.Â